Jumat, 01 Juni 2012

AGEN HAYATI TEROBOSAN PENGENDALIAN OPT RAMAH LINGKUNGAN

Budidaya tanaman pangan maupun hortikultura di wilayah Kecamatan Ngantru sangat akrab dengan penggunaan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia oleh petani pada umumnya berlebihan, yang pada akhirnya berdampak pada rusaknya ekosistem sawah. Aplikasi pestisida yang berlebihan tidak hanya memusnahkan OPT tetapi musuh alami juga ikut mati. Tidak ada larangan untuk menggunakan pestisida kimia, tetapi  harus bijak dalam penggunannya. Menurut prinsip PHT, keputusan penggunaan pestisida kimia adalah yang paling akhir. Apabila ada serangan hama melebihi ambang batas. Kalaupun pada akhirnya petani  memutuskan untuk menggunakan pestisida kimia,  harus diterapkan 4 “tepat” yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, dan tepat sasaran.
Dewasa ini mulai gencar usaha untuk kembali ke pertanian yang sehat, alami dan ramah lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan aplikasi agen hayati untuk pengendalian OPT.  Di wilayah Kecamatan Ngantru dalam 4 tahun terakhir telah diadakan SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) untuk tanaman hortikultura gobis. Melalui SLPHT ini petani dikenalkan tentang pengendalian OPT menggunakan agen hayati. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995, definisi agen hayati yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.
Aplikasi agen hayati untuk mengendalikan OPT sangat dianjurkan karena sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem. Beberapa kelebihan agen hayati antara lain:
1.      Selektif, artinya mikroba dalam agen hayati tidak akan menyerang organisme yang bermanfaat bagi tumbuhan karena agen hayati hanya akan menyerang hama penyakit sasaran.
2.      Sudah tersedia di alam. Sebenarnya secara alami agen hayati sudah tersedia di alam, namun karena penggunaan pestisida yang tidak tepat sasaran menyebabkan keseimbangan ekosistem dan populasinya terganggu.
3.      Mampu mencari sasaran sendiri, karena agen hayati adalah makhluk hidup yang bersifat patogen bagi organisme pengganggu, maka agen hayati dapat secara alami menemukan hama dan penyakit sasarannya.
  1. Tidak ada efek samping yang buruk seperti pada penggunaan pestisida
  2. Relatif murah dan mudah proses pembuatannya di tingkat petani
  3. Tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran.
Dari kelebihan agen hayati tersebut, terdapat juga kelemahan pengendalian hayati yaitu pegendalian berjalan lambat, tidak dapat diramalkan, dan memerlukan pengawasan yang ketat.
Aplikasi agen hayati untuk pengendalian OPT yang ramah lingkungan di wilayah kecamatan Ngantru merupakan suatu hal yang baru, walaupun teknologi ini sudah cukup lama ada. Hal ini karena tidak mudah mengubah sikap dan perilaku petani yang selama bertahun-tahun terbiasa menggunakan pestisida kimia yang notabene merupakan cara paling ampuh mematikan OPT. Untuk itu peran stake holder terkait sangat diperlukan untuk terus memberikan penyuluhan, pendampingan, maupun kegiatan yang menunjang agar petani mau menggunakan  dan mampu membuat agen hayati.

0 komentar:

Posting Komentar